JOMBANG,
KABARJATIM.Co.Id-Siang itu terik matahari terasa panas menyinari
aktivitas para pedagang Pasar Legi di Jl Seroja Desa Jombang Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang, Jatim, yang masih ramai. Lalu lintas
kendaraan yang melintasi jalur jalan satu-satunya dipadati para pedagang
yang berjualan di ruas-ruas jalan membuat macet. Maklum, pengendara
selain melewati jalan itu, juga ada yang sengaja berhenti di depan
pedagang sayur mayur, pedagang ayam potong, telur, buah-buahan,
pedagang kelapa muda, pedagang grabah dan lainnya untuk membeli
barang-barang yang dibutuhkan. Dan di ruas jalan itu, tampak seorang
pria paro baya dengan tekun melayani pengendara roda dua lantaran ban
dalamnya bocor.
Bambang
Hadi Purnomo, nama lengkap pria paro baya itu sekira 20 tahun lamanya
hingga kini menggeluti usaha tambal ban yang mangkal di pinggir jalan
Pasar Legi ini.
Tak peduli panas menyengat, Bambang sapaan akrab orang-orang di
sekitarnya itu menuturkan, ia menekuni usaha tambal ban sudah berjalan
20 tahun ini. Awalnya ia mengaku punya modal Rp 7 juta lalu dibelikan
mesin kompresor, kompon, pres ban serta kelengkapan alat-alat lainnya.
Dengan usahanya ini, Bambang mengaku penghasilan setiap harinya mampu
memenuhi kebutuhan rumah tangganya. "Modal semuanya Rp 10 juta, saya
belikan alat-alat itu. Alhamdulillah yang penting bersyukur Pak, karena
semua rejeki sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa. Kalau ramai sehari
kadang saya dapat uang sampai Rp 200 ribu. Kalau sepi misalnya ya dapat
Rp 50 ribu. Seperti ban kempes minta anginnya saja 2 ribu, kalau ban
bocor ditambal 5 ribu, kalau minta diganti ban bekas yang masih layak
harganya 50 ribu," tutur Bambang saat ditemui awak media online
nasional, kabarjatim.co.id di tempat mangkalnya itu, siang kemarin.
Pria
kelahiran Kota Madiun 60 tahun lalu itu melanjutkan ceritanya sebagai
tukang tambal ban yang banyak dibutuhkan pengendara roda dua ketika
tiba-tiba bannya bocor atau kempes di jalan terkena paku. Pemiliknya
harus bersusah payah mendorong montornya mencari tukang tambal ban.
"Kalau cuaca panas seperti ini saya gak terasa panas Pak, karena sudah
biasa panas-panas melayani orang. Kasihan jalan jauh-jauh bannya bocor
kenak paku," ungkap Bambang sembari tangannya mengusap keringat di
pipinya yang kepanasan itu.
Bambang
yang tinggal di Dusun Sambong ini menuturkan, ia buka bengkel tambal
ban ini waktunya sampai malam hari, tutup sekira pukul 22.00.
Ada yang menarik diceritakan Bambang,
kisah pengalaman pahit yang dirasakan pria dua anak ini, yaitu saat
orang minta tolong bannya bocor tidak punya uang, lalu orang itu bilang
mau mengambil uangnya dulu ke rumah. "Bannya sudah saya tembel,
motornya sudah bisa dinaiki. Tapi, orangnya ngomong kalau gak bawa uang,
izin pulang dulu ngambil uang ke rumah, eh ditunggu tunggu orangnya gak
balik-balik. Sering begitu Pak, saya dibohongi, ngomongnya pulang dulu
ambil uang, tapi gak balik," ucap Bambang lirih.
Pengalaman
lainnya, Bambang tak hanya mahir soal tambal menambal ban bocor
kendaraan, sebagian masyarakat Kota Santri ini tahu kalau Bambang juga
merangkap sebagai desain interior hajatan kemanten atau acara-acara
hajatan lainnya. Pengalaman sebagai dekorasi panggung ini kualitas
kerjanya diapresiasi banyak konsumen yang membutuhkan jasa keahliannya
itu. (agus pamuji)
foto : Agus Pamuji.
teks
foto : DEMI SESUAP NASI : Bambang tak pedulikan panasnya terik mata
hari yang menyengat tubuhnya, demi sesuap nasi ia tetap semangat
melayani konsumen saat kendaraannya perlu diperbaiki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar