JAKARTA,
KABARINDONESIA.CO.ID - Ketua MPR RI ke-16 Bambang Soesatyo
mengungkapkan bahwa kehadiran Paus Fransiskus merupakan sebuah
kehormatan dan penghormatan terhadap Indonesia. Membuktikan bahwa
Indonesia merupakan negara yang toleran, menjunjung tinggi kebebasan
beragama, sekaligus senantiasa membuka ruang dialog antar umat beragam
untuk menciptakan kehidupan yang harmonis antar umat beragama.
"Mewujudkan kehidupan yang damai adalah pesan universal yang dimuliakan
dan dijunjung tinggi oleh setiap agama. Kedamaian adalah keniscayaan
bagi setiap umat, untuk dapat hidup berdampingan. Kedamaian adalah titik
temu bagi beragam perbedaan, karena dunia ini begitu kaya akan
keberagaman yang tidak mungkin dipaksakan untuk diseragamkan," ujar
Bamsoet usai mendampingi Presiden Joko Widodo bersama pimpinan lembaga
tinggi lainnya menerima Paus Fransiskus, di Istana Negara, Jakarta, Rabu
(4/9/2024).
Hadir
antara lain, Wakil Presiden RI KH Maruf Amin, Ketua DPR RI Puan
Maharani, Ketua Mahkamah Agung Prof Syarifuddin, Ketua Komisi Yudisial
Prof Amzulian Rifai dan Menteri Pertahanan RI sekaligus Presiden RI
Terpilih Prabowo Subianto.
Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 bidang Hukum, HAM
dan Keamanan ini menjelaskan, isu moderasi dalam kehidupan agama telah
menjadi isu global, di mana intoleransi telah menyebabkan kebebasan
beragama di seluruh dunia mengalami tekanan. Hari Toleransi
Internasional setiap tanggal 16 November yang ditetapkan oleh PBB,
berangkat dari kenyataan bahwa sikap intoleransi dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam kehidupan beragama, adalah ancaman yang harus
disikapi bersama oleh komunitas global.
"Bagi Indonesia sendiri, kita adalah bangsa yang majemuk sejak
kelahirannya, di mana penduduknya menganut 6 agama berbeda yang diakui
oleh negara, serta puluhan aliran kepercayaan. Dengan kemajemukan
tersebut, moderasi dalam kehidupan beragama akan menjadi faktor kunci
bagi terwujudnya harmoni dan kerukunan umat beragama," jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan
Kepala Badan Polhukam Kadin Indonesia ini menerangkan moderasi dalam
kehidupan beragama tidak dimaknai untuk mengabaikan ajaran nilai-nilai
agama. Karena sesungguhnya nilai-nilai agama akan selalu melekat dan
mewarnai dalam kehidupan keseharian, yang mengajarkan untuk menjaga
hubungan silaturahmi yang harmonis dan menjunjung tinggi martabat
kemanusiaan.
"Bagi kita di Indonesia, relasi antara agama dan negara telah diatur
sedemikian khas, di mana kita bukan negara agama yang berdasar pada satu
agama tertentu. Tetapi kita juga bukan negara sekuler, karena negara
kita adalah negara yang bersandarkan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa," pungkas Bamsoet. (*/kg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar