Agus Pamuji |
Pertempuran politik yang sengit dalam merebut simpatik dan dukungan suara rakyat Indonesia yang punya hak pilih menjadi tujuan utama para caleg serta capres dan cawapres beserta timsesnya masing-masing.
Saya mengajak dan berharap kepada kita semua khususnya para pejuang dan petarung politik agar selalu berupaya keras mengedepankan kampanye yang sejuk, damai, elegan dan berakhlaqul karima.
Nilai-nilai etika, rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan dalam menjaga tetap kokohnya benteng Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD45 (PBNU) hendaknya tetap menjadi prinsip dasar dalam mencapai tujuan utama Pemilu 2024 yang berazaskan langsung, umum, bebas dan rahasia (luber) serta jujur dan adil (jurdil).
Insyaallah, saya yakin dan percaya panjenengan (anda) semua sebagai caleg, calon anggota DPD RI, tiga pasangan capres-cawapres beserta timsesnya masing-masing menjadi tokoh panutan yang dapat dipercaya, sehingga rakyat Indonesia berhak menilai dan akan menentukan pilihan kepada caleg, calon DPD RI, capres-cawapres mana yang paling disukai berdasarkan kriteria, rekam jejak, kapasitas, elektabilitas, moralitas serta integritas. Kita masih ingat siklus pemilu tahun-tahun sebelumnya, ada stigma negatif yang disandang oleh sejumlah oknum politisi, dengan sebutan "politisi busuk", yaitu politikus yang ambisi kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, seperti praktek money politic oligarki, kecurangan secara massif, terstruktur, dsb. Bahkan sekarang ini ada bahasa lebih ekstrim lagi dengan sebutan "kanibalisme politik".
Politisi busuk seperti ini mestinya tidak usah dipilih. Tapi seumpama nanti menang dalam pemilihan, maka kemenangannya disinyalir kuat dengan cara curang, culas, menjatuhkan kawan maupun lawan politik dengan strategi kanibal. Ini jelas-jelas tidak sehat alias hasilnya tidak barokha dan tentu saja dampaknya menciderai nilai-nilai demokrasi pemilu yang Luber dan Jurdil. Politisi busuk memang biasanya mencari kolaborasi dengan rakyat pemilih yang pragmatis dan transaksional (wani piro), misalnya "ada uang saya pilih, gak ada uang ya gak kupilih".
Meski tidak semuanya kondisinya seperti itu, karena masih banyak politisi dan pemilih yang mengedepankan logika sehat dan hati nurani. Begitu pula, aparat penyelenggara pemilu seperti KPU, Bawaslu sampai jajaran di bawahnya hendaknya menjalankan amanat Pemilu 2024 yang jujur, transparan, profesional dan demokratis sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pun, aparat pemerintahan, penegak hukum, TNI dan Polri di semua jenjang agar tetap konsisten menjaga netralitas pemilu. Karena itu, mari kita jadikan momentum masa kampanye ini sebagai ruang diskusi literasi yang waras, sharing mengenai gagasan, ide-ide segar, program pembangunan SDM unggul, pembangunan suprastruktur dan infrastruktur dalam arti yang luas, tidak melakukan provokasi, adu domba, hoax atau narasi-narasi menyesatkan di medsos yang dapat memecah belah keutuhan bangsa. Para politisi yang bertarung dalam kontestasi Pemilu Legislatif dan Pilpres 2024 selain harapannya memang menang murni, tentu juga harus siap kalah dengan hati yang ikhlas dan legowo sehingga proses pemilu yang demokratis ini mampu melahirkan para pemimpin bangsa dan negara yang benar-benar amanah, berakhlak baik yang negarawanan. Semoga harapan kita semua seluruh rakyat Indonesia, untuk menyambut Indonesia Emas di masa mendatang bisa tercapai dengan sukses besar atas ijin, rahmat dan ridho ALLAH SWT. Selamat berjuang, anda layak dapat bintang ! .(*)
Agus Pamuji
Pegiat Medsos, Penulis Aktif, Caleg dari Gerindra No Urut 6, Dapil 1 Jombang Raya, Jatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar