Kyai Muhtazuddi |
"Apa yang dilakukan PBNU harus kita dukung sebab langkah tersebut menjadi isyarat keseriusan PBNU dalam menata NU untuk kembali pada khittahnya. Selama ini NU terasa terbelenggu oleh gerakan salah satu partai politik (parpol). Kita harus jujur," kata Ustad H Maghfur Mujtahid yang diamini Ustad Muhtazuddin.
"Saya sangat sepakat apa yang disampaikan Kyai Maghfur Mujtahid, sebab beliau sejak awal konsisten berjuang mengingatkan Panitia Konfercab NU Cabang jangan sampai melanggar AD/ART bisa dilihat jejek digitalnya," kata Muhtazuddin anggota FJIK NU. Pihaknya menandaskan, tak hanya dalam forum konfercab saja, panitia diingatkan Kyai Maghfur tambahnya.
"Pada kesempatan-kesempatan lainnya Kyai Maghfur juga selalu mengingatkan bahwa, yang dilakukan oleh panitia Konfercab telah melanggar AD/ART, tepatnya pada persoalan pemilihan Ketua Tanfidz, kan tidak rasional pemilihan ketua Tanfidz menggunakan sistem tabulasi. Ini yang saya katakan bahwa apa yang dilakukan Kyai Maghfur MWC Bandar sangat tepat. Jadi, PBNU mengeluarkan kebijakan bukan ujuk ujuk," tandas Muhtazuddin yang kini aktif sebagai pengurus Partai Gerindra Kabupaten Jombang saat ditemui media ini di kediamannya di daerah Jogoroto, kemarin sore.
Sementara itu, beberapa kyai muda Jombang yang disebut telah mendukung pernyataan keras mengecam yang disampaikan pengurus Pendekar Bertopeng Kadipaten Jombang (PBKJ) yang diwakili Ustad Syamsu Rizal dalam berita di media ini sebelumnya, maka kyai-kyai muda dan pengasuh pondok pesantren di Kabupaten Jombang memberikan klarifikasi setelah nama mereka dicatut dalam pemberitaan tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
Dilansir di media online Okenu.Id dikatakan, pemberitaan terkait dengan situasi terkini antara PCNU Jombang dan PBNU yang dimuat di media online kabarjatim.co.id biro Jombang terdapat sejumlah nama kyai muda dan ponpes di wilayah Jombang. Hal itu mendapat respon dari sejumlah kalangan mengingat nama-nama yang tercantum merasa tidak tahu menahu dan tidak terlibat dalam kecaman tersebut.
Seperti yang disampaikan HM Nabrizt Aqda Irfan Pengasuh Ribath Al-hamdiyyah Tambakberas Jombang, dirinya mengaku tidak tahu menahu dan tidak terlibat dalam pemberitaan tersebut. Namun dia heran namanya tiba-tiba muncul di dalamnya.
“Saya tidak terlibat dan tidak tahu menahu perkara itu tapi dicatut nama saya dalam kecaman tersebut,” ujarnya yang disiarkan oleh TV 9.
Alumni Pesantren Serang ini juga menyanyangkan pencatutan nama tanpa izin tersebut, selama ini pihaknya fokus mengajar di pesantren sehingga ia merasa kaget setelah mengetahui pemberitaan yang melibatkan dirinya.
“Kami sangat menyangkan, selama ini saya fokus ngaji bersama santri di pondok. Saya kaget ketika dikirimi pemberitaan itu dari teman-teman," ucapnya.
Kyai muda yang akrab disapa Gus Nabriz ini sejauh ini mengaku menaruh rasa takdzim kepada semua tokoh NU di semua tingkatan. Sehingga ia tidak ingin Su’ul Adab kepada PBNU atas pemberitaan yang keliru itu.
“Kami hormat kepada semua pengurus NU di semua tingkatan, kami tidak ingin su’ul adab terutama kepada para Masyaikh di PBNU,” tandasnya.
Senada dengan Gus Nabriz, nama lainnya yang juga menjadi korban pencatutan nama dialami oleh Agus H Variz Muhammad Mirza, Pengasuh Ribath Al-Masruriyah Tebu Ireng Jombang. Atas kejadian tersebut, pihaknya meminta pihak yang mencatut namanya untuk klarifikasi agar tidak menjadi kegaduhan.
“Betul, dagelan yang sangat tidak pas momennya. Sebaiknya yang mencatut disuruh klarifikasi supaya tidak menjadi kegaduhan,” ujarnya.
Gus Mirza menyebut perselisihan itu biasa, tetapi pihaknya dan beberapa kyai muda lainnya di Jombang tidak melibatkan diri dalam persolan tersebut. Ia menghormati semua pihak dan berharap bisa segera menemukan solusi atas persoalan yang terjadi.
“Intinya namanya perselisihan itu biasa, tetapi kami dan beberapa Gus lainnya terkait masalah terbaru ini tidak mau diikutsertakan. Kami menghormati semua pihak berharap semuanya bisa segera menemukan solusi,” pungkasnya. (*)
Reporter : Agus Pamuji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar