Dua Pelaku DPO, Ancaman Hukuman Mati
"Kita terus mengembangkan agar peristiwa ledakan yang terjadi di dua lokasi di Jatim agar tidak terjadi di tempat lain," ungkap Kapolda Toni Harmanto kepada awak media di lapangan Puslatpur Satbrimob Polda Jatim, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Senin (27/3/2023).
Atas adanya peristiwa itu, sambung Kapolda, Direskrimum membentuk tim dan berhasil mengungkap peredaran obat petasan yang jumlahnya ratusan kilogram. "Dari situ kita berhasil mengungkap 231 kg bahan peledak mercon. Kalau 1 kilogram itu radiusnya 100 meter, jadi bisa dibayangkan 231 kilogram ini," jelas Toni serius.
Sementara itu, Direskrimum Polda Jatim Kombes Pol Totok Suharyanto SIK MHum menjelaskan, tiga tersangka yang diamankan ini memiliki peran yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
"Sementara ini yang kita tangkap ada 3 orang pelaku. Yang pertama inisial MDP, ini selaku penjual. Kemudian IM, selaku pemodal dan pelaku pembelian bahan mentah. Dan yang ketiga AMR ini selaku karyawan yang meracik atau bekerja," paparnya.
Selain itu, lanjut Direskrimum, masih ada dua tersangka lain yang saat ini masih dalam pengejaran petugas. "Dua tersangka lain berstatus DPO dalam proses pengejaran yakni inisial AB dan JL," katanya. Dalam menjalankan aksinya, para pelaku ini menjual obat petasan dengan cara online. "Penjualannya ini melalui sistem online. Dengan sebutan bubuk ajaib," sebut Suharyanto.
Ia mengaku awal pengungkapan kasus peredaran obat petasan ini berawal dari pengungkapan kasus serupa dengan barang bukti 2 kg serbuk petasan. "Awal pengungkapan ini kita telah menangkap yang dua kilogram. Selanjutnya kita kembangkan. Dan yang pertama ditangkap itu di Bantul. Kemudian dikembangkan dua tersangka lain di Sleman," bebernya.
Dari hasil ungkap kasus ini, ada beberapa barang bukti yang diamankan. Selain mengamankan 231 kg serbuk petasan siap edar. "Barang bukti total ada 231 kilo yang mentah. Kemudian bahan mentah berwarna serbuk putih ada 75 kg dan bahan serbuk kuning itu ada 15 kg. Kemudian juga anti pelembab 2,9 kg, dan petasan berbagai jenis ada 1141 buah,"jelas Suharyanto lagi. Atas perbuatannya para tersangka dijerat dengan Pasal Ayat 1 Undang-undang Darurat 1251, dengan ancaman hukuman mati atau seumur hidup. "Atau maksimal 20 tahun penjara," ucapnya.
Saat ditanya sudah berapa tahun tersangka ini menjalankan aksinya. Dan dimana saja daerah yang menjadi sasaran penjualan obat tersebut, Direskrimum Suharyanto menyebutkan, bahwa tersangka beroperasi baru setahun. Mereka menjual obat petasan ini ke seluruh wilayah Indonesia termasuk Jawa Timur.
"Mereka beroperasi sejak tahun 2022. Dan khusus di 2023 di Jawa Timur ada sekitar 78 transaksi. Dan ini masih dikembangkan. Namun dari pemeriksaan, dia (tersangka) belinya 150 ribu rupiah per kilogram, kemudian dia jual lagi dengan harga 230 ribu rupiah per kilogram. Dan seluruhnya transaksi melalui online," ujarnya.
Suharyanto menegaskan bahwa berdasarkan analisis dan pemeriksaan pada tersangka, mereka sengaja membuat obat petasan ini jelang puasa Ramadhan dan Lebaran. "Memang di bulan mendekati lebaran mereka mulai meracik. Sehingga pasaran khusus 2023 itu, mulai Februari sudah mulai transaksi. Dan 78 transaksi itu khusus di Jatim, dan paling banyak di daerah Kediri, Blitar dan Jombang," pungkasnya. (*)
Reporter : Agus Pamuji
Foto : Istimewa
Teks Foto : Para tersangka beserta barang bukti (BB) bubuk mercon yang
berhasil diamankan petugas Direskrimum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar