"Didirikan oleh Ida Bagus Rai Budarsa pada tahun 1994, Hatten Wines mengandalkan tanaman anggur yang ditanam oleh para petani lokal Bali, di perkebunan anggur di Desa Sanggalangit, Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Luas lahan perkebunannya kini sudah mencapai 50 hektare. Kehadirannya selain membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, juga turut berkontribusi mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor wine dari berbagai negara," ujar Bamsoet usai mengunjungi perkebunan Hatten Wines di Sanur Bali, Kamis (30/12/2021).
"Sweet Syrah menawarkan sensasi berbeda karena memiliki rasa manis lebih tinggi dibanding red wine yang beredar di pasaran. Dibuat khusus untuk memenuhi permintaan domestik yang sangat menyukai wine dengan karakter manis yang kuat, dengan rasa sepat biji anggur yang juga sangat terasa," jelas Bamsoet.
Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini memaparkan data UN Comtrade yang melaporkan pada tahun 2019 nilai impor alkohol Indonesia mencapai USD 27,26 juta. Terbesar dari wine dengan nilai mencapai USD 14 juta. Menunjukan bahwa pasar wine Indonesia sangat besar.
"Para pecinta wine jangan ragu untuk mencoba wine produk lokal seperti Hatten Wines. Dijamin tidak akan menyesal, karena rasanya tidak kalah dibanding wine dari Perancis atau Italia. Terlebih Hatten Wines sudah memenangkan sekitar delapan penghargaan dari berbagai negara," pungkas Bamsoet. (*/kg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar