Ketua MPR Bambang Soesatyo |
Menjadikan dana Otsus Papua meningkat dari
Rp 7,6 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 8,5 triliun untuk tahun 2022.
"Salah satu penggunaan dana Otsus ditujukan untuk peningkatan sektor
pendidikan masyarakat di Tanah Papua. Sepanjang tahun 2020, Provinsi
Papua mendapat alokasi anggaran pendidikan Rp 1,62 triliun dari total
dana Otsus Papua sebesar Rp 5,29 triliun. Sementara Provinsi Papua Barat
menerima sekitar Rp 470 miliar dari total dana Otsus Papua Barat Rp 1,7
triliun. Namun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaporkan mereka
tidak pernah mendapatkan informasi tentang penggunaan dana Otsus Papua
untuk sektor pendidikan tersebut. Karenanya peningkatan dana Otsus Papua
yang sejalan dengan peningkatan dana untuk sektor pendidikan, harus
dibarengi dengan transparansi penggunaan anggaran," ujar Bamsoet dalam
Kuliah Umum Kebangsaan di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari,
secara virtual dari Jakarta, Rabu (1/9/2021).
Turut hadir Ketua STIH Manokwari Filep Wamafma, serta 500 partisipan
dari keluarga besar Sivitas Akademika STIH Manokwari.
Ketua DPR RI ke-20 ini menekankan, pendidikan merupakan landasan
fundamental bagi kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan akan lahir
sumberdaya manusia yang dapat diandalkan bagi pemajuan pembangunan
nasional. Karenanya apresiasi perlu diberikan kepada STIH Manokwari
sebagai salah satu entitas pendidikan tinggi di Papua, yang mengusung
moto pendidikan merupakan faktor kunci bagi perlindungan, pemberdayaan,
penghormatan, dan keberpihakan terhadap rakyat Papua.
"Namun harus diakui, keterbatasan akses pendidikan masih menjadi
persoalan yang dihadapi banyak pemuda di berbagai wilayah Nusantara,
termasuk di Papua. Namun kondisi ini hendaknya tidak menyurutkan
semangat untuk terus belajar dan berjuang," tandas Bamsoet.
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini menambahkan, semua pihak
dapat belajar dari para pemuda Papua yang berhasil mengukir prestasi
membanggakan, di tengah berbagai keterbatasan dan banyaknya tantangan
yang harus dihadapi. Antara lain, Vanda Korisano dan Martha Itaar yang
menjadi pilot Garuda Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan di
Nelson Aviation College, Selandia Baru, dan di Sekolah Penerbangan
Ganesha, Jakarta.
"Bob Royend Sabatino Kaway dan Thinus Lamek Yewi, pelajar SMA Advent
Doyo Baru, Distrik Waibu, Desa Doyo Baru, Kabupaten Jayapura, yang
berhasil mewakili Indonesia masuk tim penelitian NASA pada Maret 2016.
Ada Septinus George Saa yang berhasil menjuarai kompetisi kelas dunia,
First Step to Nobel Prize dalam bidang Fisika pada tahun 2004 saat masih
menjadi pelajar SMA. Setelah tamat SMA, George melanjutkan studi dengan
gelar sarjana dalam bidang Aerospace Engineering di Florida, Amerika
Serikat, dan melanjutkan pendidikan S2 jurusan teknik material di
Inggris," tutur Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini juga menyoroti pentingnya menjaga
kemajemukan yang telah menjadi realitas sosial sekaligus fitrah
kebangsaan yang tidak dapat diingkari dan dipungkiri. Keberagaman telah
menghimpun dan menyatukan bangsa Indonesia dalam satu bahtera besar
bernama Indonesia, yang menjadi 'rumah bersama' bagi lebih dari dari 270
juta rakyat Indonesia, yang terdiri dari sekitar 1.340 suku, yang
memiliki 733 bahasa, serta menganut 6 agama dan puluhan aliran
kepercayaan. Masing-masing hadir dengan identitas budaya, kearifan
lokal, keunikan, dan ciri khasnya sendiri.
"Dengan kemajemukan yang dimiliki serta kondisi geografis sebagai negara
kepulauan dengan potensi kekayaan sumber daya alam yang melimpah,
menempatkan Indonesia sebagai center of gravity bagi kepentingan
komunitas global. Menjadikan kita dalam posisi rentan terhadap pengaruh
dan infiltrasi asing. Maka penghormatan terhadap nilai kebhinekaan dalam
bingkai NKRI menjadi syarat mutlak untuk menjaga kedaulatan sebagai
sebuah bangsa," sorot Bamsoet.
Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan Kadin
Indonesia ini menjelaskan, mengelola keberagaman bukan dimaknai dengan
memaksakan keseragaman. Tetapi lebih pada penghormatan terhadap adanya
perbedaan. Menekankan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang menyatukan,
bukan perbedaan yang memisahkan. Mengelola keberagaman dan merawat
kebhinekaan menuntut peran serta segenap pemangku kepentingan. Tidak
hanya pemerintah, melainkan juga masyarakat, utamanya generasi muda
bangsa, dan terkhusus lagi adalah para mahasiswa. (*/kg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar