JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendukung penuh langkah Presiden Jokowi menetapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Bamsoet juga mengapresiasi langkah cepat Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang PSBB dan Keppres Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
"Langkah Presiden Jokowi
menetapkan kebijakan PSBB dan menetapkan status kedaruratan kesehatan
masyarakat sangatlah tepat. Dan kita juga sudah dengar kesiapan Kapolri untuk
mengamankan jalannya kebijakan itu saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) secara
virtual dengan Komisi III DPR RI siang tadi. Kita harapkan kebijakan tersebut
bisa mengeliminasi penyebaran virus Covid-19 yang semakin meluas di tanah
air," ujar Bamsoet usai mengikuti rapat dengar pendapat secara virtual
melaui video conferences bersama Komisi III DPR RI dan Kapolri beserta
jajarannya serta para Kapolda dari seluruh Indonesia dari ruang kerjanya di
Senayan Jakarta, Selasa (31/3/2020).
Ketua DPR RI periode 2014-2019 ini
menegaskan dengan telah ditetapkannya kebijakan PPSB dan status kedaruratan
kesehatan masyarakat oleh pemerintah pusat, dapat segera diterapkan oleh semua
pemerintah daerah. Pemerintah daerah juga diminta tidak membuat kebijakan
sendiri yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat.
"Semua pihak harus
berkoordinasi dan satu langkah dari pusat hingga daerah dalam memerangi wabah
Corona. Dengan terbitnya PP PSBB dan Keppres Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,
daerah tidak boleh membuat kebijakan yang bertentangan dengan peraturan yang
dibuat pusat," kata Bamsoet.
Selain itu, Kepala Badan Bela Negara
FKPPI ini juga mendukung kebijakan larangan warga negara asing (WNA) untuk
masuk ke Indonesia untuk sementara waktu. Pelarangan juga dilakukan terhadap
WNA yang transit di Indonesia dalam penerbangan jarak jauh ke berbagai negara
tujuannya.
"Pelarangan tersebut bukan
berarti Indonesia menutup diri terhadap dunia luar. Maupun menjustifikasi bahwa
WNA sebagai pembawa Covid-19. Melainkan lebih sebagai bentuk antisipasi dan
ikhtiar memerangi dan menghentikan penyebaran virus Covid-19," tegas
Bamsoet.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini
menambahkan, dengan melarang masuknya WNA ke Indonesia, pemerintah bisa
meminimalisir penyebaran Covid-19 melalui imported case. Sekaligus juga
melindungi para WNA agar tak terkena serta menularkan Covid-19 dalam perjalanan
mereka.
"WHO sudah menyarankan agar
setiap orang melakukan physical distancing. Sangat penting bagi individu dari
negara manapun untuk membatasi perjalanan lintas negara. Memang ini sangat
berat, apalagi ditengah geliat ekonomi global dan konektifitas tanpa batas yang
menuntut orang-orang selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari satu
negara ke negara lain, bahkan dari satu benua ke benua lain. Namun demi
kebaikan umat manusia, kita harus menahan diri sejenak," tandas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menekankan, perang melawan Covid-19 bukanlah perang satu orang atau satu negara saja. Melainkan perang seluruh umat manusia. Kesadaran umat manusia untuk melakukan physical distancing dan menjaga kebersihan menjadi salah satu kunci agar manusia tak dikalahlan oleh virus Covid-19.
"Begitu kita bisa memenangi peperangan melawan virus Covid-19, barulah kita buka kembali pergerakan orang-orang menembus lintas negara. Sebaliknya jika tak bisa menahan diri, kita tak ubahnya hanya berputar dalam sebuah labirin yang membingungkan. Satu pasien Covid-19 sembuh, namun lima orang lainnya terinfeksi. Situasi seperti ini tak akan berakhir jika pergerakan manusia tak dibatasi," pungkas Bamsoet. (*/kg)
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menekankan, perang melawan Covid-19 bukanlah perang satu orang atau satu negara saja. Melainkan perang seluruh umat manusia. Kesadaran umat manusia untuk melakukan physical distancing dan menjaga kebersihan menjadi salah satu kunci agar manusia tak dikalahlan oleh virus Covid-19.
"Begitu kita bisa memenangi peperangan melawan virus Covid-19, barulah kita buka kembali pergerakan orang-orang menembus lintas negara. Sebaliknya jika tak bisa menahan diri, kita tak ubahnya hanya berputar dalam sebuah labirin yang membingungkan. Satu pasien Covid-19 sembuh, namun lima orang lainnya terinfeksi. Situasi seperti ini tak akan berakhir jika pergerakan manusia tak dibatasi," pungkas Bamsoet. (*/kg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar