oleh : Ozzy Sulaiman Sudiro (Ketua Umum KWRI/Sekjen Majelis Pers)
KORUPSI
telah menjadi budaya bodoh orang Indonesia, dari anak SD sampai S3
hingga lulus, kerja dan menjadi pejabat berkuasa, bahkan pengusaha besar
ataupun kecil juga ikut korupsi.
Budaya
korupsi memang telah mendarah daging dan akan sulit dihilangkan,
kecuali ada rekontruksi negara yang valid dan dapat diterima masyarakat,
ketidakadilan inilah yang mengawali budaya korupsi.
Hilangnya budaya rasa malu kian hari kian pudar, karena segala kebutuhan
hidup para pejabat belum terbayar?
Bahkan
urat malu pun sudah putus oleh syahwat yang begitu rakus, tak peduli
rizki hasil haram, asal diam-diam tidak ketahuan. Hanya budaya malu
inilah yang mampu memfilter sifat dan karakter bangsa ini, yang
semestinya perlu dilestarikan, sebagai pusaka warisan leluhur yang taat
dan patuh pada kultur, tradisi peninggalan nenek moyang kita bangsa yang
berbudi luhur, bermartabat penuh tafakur. Mungkin tak menyangka atau
menduga bahkan tercengang ketika mata dan telinga kita setiap hari
disuguhkan oleh media-media : atas tertangkapnya "Para bedebah"
itu.....!!! Seperti sirkus badut penuh lelucon, berakrobat di pasar
malam, sebagai pelepas lelah hiburan ahir pekan.
Ada
mantan pejabat yang harap-harap cemas membuat hidup jadi tidak waras,
ketar-ketir seperti takut tersambar petir, menggangu istirahatnya tidur
di siang bolong. Walau ketika bangun tinggal menikmati sisa kontrak
hidup yang sebentar lagi berakhir, selalu terbelenggu dibayangi oleh
dosa perbuatan di masa lalu.
Ada
juga yang baru belajar coba-coba korupsi untuk beraksi, namun nahas
nasibnya terciduk OTT KPK lagi, sebuah malapetaka bagi keluarga. Lalu
mengeluh dijebak alasan politik, dengan tersenyum penuh munafik. Dan
masih banyak lagi tabir yang belum terungkap, atau sebaliknya tertutup
oleh "Politik-Cinta"yang penuh kasih sebagai bentuk balas budi...? Atau
mungkin sama-sama mengetahui rahasia masing-masing pribadi, sebagai
alumnus satu perguruan tinggi di "Fakultas-Korupsi".
Tanpa
disadari semua tinggal menghitung hari.
Gugur satu tumbuh seribu, semua tinggal menunggu. Kini hanya soal waktu,
satu per satu mulai tertuju karena KPK terus memburu, jangan harap
sembunyi di balik lugu, tetap tersenyum walau tanpa rasa malu. Kalau
saja negara yang subur makmur ini, adil menyirami jasmani anak negeri,
para pejabat tidak berkhianat agar tidak terlaknat, dan semua para
penegak hukum berkomitmen pada bangsa dan negara terutama pada hatinya,
untuk tidak korupsi, setidaknya budaya korupsi mulai ditinggali, karena
buat apa lagi?
Semua
sudah tercukupi, lalu untuk apa lagi ada lembaga pemberantasan korupsi,
pertanyaannya? Apakah ini semua hanya mimpi atau sebuah harapan
semangat anak negeri denga penuh kesadaran untuk mengabdi pada ibu
pertiwi, sebelum napas di ujung mati. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar