Dr Manabu Ato presentasi di FK Unair, mengenai pengembangan vaksi untuk mengobati tuberkolosis (priyo s for kg) |
Acara dilaksanakan di ruang pertemuan khusus kampus FK Unair, Senin (15/10/2018) menghadirkan Dr Manabu Ato, dari Nipong Institute of Infectious Diseases (NIID) dan Prof Sohkichi Matsumoto DDS PhD dari Nigata University, Jepang.
Pembantu Dekan III FK Unair, Prof Dr Ni Made Mertaniasih, menyebutkan kehadiran dua dosen tamu dari Jepang ini sebagai bagian kerja sama FK Unair dengan lembaga dan ilmuwan dunia dalam mengembangkan vaksin untuk mencegah dan mengobati penyakit akibat infeksi.
Dr Manabu Ato dan Prof Ni Made Mertaniasih (priyo for kg) |
"FK Unair memunyai tanggung jawab khususnya progam nasional untuk mengembangkan vaksin dalam mencegah dan mengobati infeksi. Kehadiran Dr Manabu Ato sangat penting, karena sedang mengembangkan vaksi TB baru menggunakan protein rekombinan dari tubuh bakteri penyebab penyakit TB, mycobacterium tuberculosis," tuturnya.
Disebutkan kehadiran Dr Manabu Ato sangat penting, karena dia bersama lembaganya tengah mengembangkan vaksin baru khususnya tuberkulosis ini nantinya diharapkan bisa mencegah penularan penyakit TB yang selama ini sangat mudah ditularkan melalui udara.
Dalam penelitian itu, menggunakan DNA tuberkolosis itu sendiri, kemudian protein yang baik bisa dipisahkan degan protein yang buruk. Protein itu dipotong-potong baik dikumpulkan sendiri, sedangkan yang buruk dibuang.
Dengan demikian terciptalah vaksin yang justru dapat meningkatkan imunitas tubuh manusia. Vaksin ini nantinya bisa diaplikasikan tidak hanya pada bayi baru lahir, tetapi juga orang dewasa.Lebih dari itu, kata Ni Made Mertaniasih, dengan mengembangkan vaksin baru ini selain berguna untuk mencegah juga sekaligus mampu mengobati tuberkolosis bagi yang sudah terkena. Kabar baik lainnya, vaksin ini juga memperpendek waktu pengobatan. Jika selama ini pengobatan tuberkolosis membutuhkan waktu lebih dari enam bulan, maka bisa dipersingkat.
Masih ada keuntungan lainnya, cara pengobatannya tidak harus disuntikkan, tetapi bisa dikembangkan dengan cara dihirup (inhaler), serta deliveri lainnya.
"Di Jepang sendiri, penderita TB umumnya didominasi oleh orang tua. Berbeda dengan di Indonesia, kurangnya kebersihan lingkungan menjadi faktor utama persebaran penyakit TB, yang hingga kini menjangkiti lebih dari sepertiga penduduk Indonesia," papar Dr. Manabu Ato, dr. Ph.d, peneliti NIID Japan.
Kapan vaksin ini bisa digunakan? Dr Manabu Ato mengatakan bahwa saat ini baru adafase II, yaitu penelitian vaksin ini baru pada tahap diuji coba kepada hewan (monyet dan tikus), nanti pada fase III akan diuji coba kepada manusia. Setelah itu baru dilakukan serangkaian uji coba lain hingga vaksin ini benar-benar aman untuk digunakan. Dia menyebutkan masih membutuhkan waktu sekitar 10 tahun lagi, untuk mengembangkan vaksin ini. Untuk memerangi penyakit akibat infaksi, menurut Manabu Ato, lembaga bekerja sama dengan berbagai ahli di dunia serta mendapat sokongan dari Bill Gate Foundation. (priyo s)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar