SURABAYA, KABARINDONESIA.CO.ID-Selasa (18/9/2018) pukul 03.00 dini hari, Rumah Sakit Terapung
Ksatria Airlangga (RSTKA) bertolak dari pelabuhan Kalimas Surabaya menuju
Pulau Nusa Penida. Nusa Penida adalah pulau pertama yang dikunjungi dalam misi
sosial saat ini, baru kemudian dilanjut ke belasan pulau terpencil dan
perbatasan di kawasan Indonesia Timur. “Nanti ketika bersandar di Ambon tim
RSTKA sekaligus akan mengikuti Maritim International Confference yang kebetulan
diadakan di sana,” kata Direktur RSTKA Agus Harianto, SpB, Senin (17/9/2018) malam.
Malam menjelang keberangkatan dr
Agus Harianto SpB, bersama dr Christijogo SpAn, dr Dwirani Rosmala Pratiwi
SpB, dr Henry Wibowo MARS SpAnd yang dibantu oleh-oleh para dokter
muda yang baru lulus dari Fakultas Kedokteran Unair dan ABK sudah sibuk menurunkan
berbagai barang perlengkapan medis kemudian dimasukkan ke geladak yang akan
digunakan selama misi sosial tersebut.
Perbekalan logistik untuk maupun
keperluan medis cukup banyak mengingat misi sosial kali ini yang akan melintasi
ribuan mil laut dengan singgah di belasan pulau di kawasan terpencil dan
perbatasan yang akan memakan waktu sekitaR 1,5 bulan lamanya dan nanti
berakhir tanggal 2 November 2019 di Pulau Wakatobi.
Pulau yang akan disinggahi oleh
RSTKA untuk memberi pelayanan kesehatah secara gratis kepada masyarakat
setempat meliputi Pulau Moyo, Alor, Lurang, Weter, Kisar, Leti, Moa, Lakor,
Luang Barat dan Timur, Sermata, Masela, Babar, Banda, Ambon dan Wakatobi
sebagai titik akhir.
“Dengan belasan pulau yang akan disinggahi serta lamanya ekpedisi,
hampir dipastikan ada ribuan pasien yang akan kami tangani,” kata dr Agus,
yang sangat paham dengan kawasan Indonesia timur mengingat sejak dokter umum
dan dokter spesialis bertugas di kawasan Indonesia Timur.
Kapal
RSTKA dengan panjang 27 meter dengan lebar 7,2 meter dengan Kapten Mudasir yang
dibantu oleh lima orang ABK tersebut akan didukung puluhan dokter baik dari
Surabaya serta dokter dari rumah sakit di kota terdekat untuk memberi pelayanan
pengobatan umum sampai melakukan berbagai operasi. Mulai dari operasi katarak,
hernia, tumor jinak, teroid, amandel, persalinan caesar, bibir sumbing, bedah
tulang, tumor jinak dan lainnya.
“Karena
dalam misi ini RSTKA melibatkan selain dokter umum, juga ada dokter anak, internist,
bedah tulang, saraf, dokter anestesi, dan masih dibantu lagi oleh perawat, serta
penyuluhan kesehatan dari mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat,” kata dr Henry (Wadir Pelayanan dan
Operasional RSTKA).
Di
dalam RSTKA sendiri dilengkapi dengan berbagai fasilitas mulai dari ruang
operasi, kamar obat, kamar pemulihan pasien paska operasi. Untuk kamar operasi
disetting dengan standar rumah sakit pada umumnya kedap dan steril. Selain itu
untuk ruang operasi sengaja dibuat di lantai dasar agar stabil dan tidak terlalu
besar guncangannya.
Menurut dr. Agus, bahwa pihaknya memang
mengejar waktu sebab bulan-bulan ini laut di kawasan Indonesia timur tenang dan
relatif tidak berombak sehingga berusaha dimanfaatkan semaksimal mungkin. “Misi
kita ini kan cukup bergantung dengan kondisi alam. Mumpung sekarang laut lagui teduh
harus kita maksimalkan,” jelas Agus yang masing-masing pulau akan RSTKA akan
singgah 2 sampai 4 hari lamanya.
Pulau
yang akan disinggahi lokasinya sangat terpencil bahkan beberapa berada di
perbatasan Australia dan Timor Leste dimana masyarakat setempat seringkali
mengalami kesulitan mendapat layanana kesehatan yang memadai karena di daerahnya
tidak ada rumah sakit bahkan dokter.
Konsep
pelayanan kesehatan berbasis maritim seperti yang dilakukan oleh RSTKA menjadi
sebuah keharusan bagi negera kepalauan seperti Indonesia. Dengan 17 ribu pulau lebih yang tersebar tidak
mungkin masing-masing pulau didirikan rumah sakit, sehingga cara yang paling
ideal adalah dengan kapal rumah sakit karena bisa bergerak dengan leluasa dari
satu pulau ke pulau lain. “Keberadaan RSTKA ini semoga menjadi trigger agar lebih banyak lembaga baik
pemerintah maupun swasta melakukan hal serupa,” kata Agus sebelum RSTKA dilaunching
pada November 2017 sudah ada RS Kapal dr. Soeharso maupun RS Kapal dr. Lie. Sebelum
misi kali ini RSTKA melakukan misi kemanusiaan pada gempa Lombok bebetapa waktu
yang lalu. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar