Operasi Tiga Jam, Hentikan Semua Penderitaan Siti Roniah Mindar akibat Leher Kecetit
Jumpa pers mengenai pengobatan saraf kejepit (ist/kk) |
“Dua puluh tahun lamanya saya terbelenngu sakit hebat,” kata nenek enam orang cucu yang masih tampak awet muda tersebut.
Pada
saat kumat, kata Siti Roniah, dirinya merasa cekot-cekot yang amat
sangat di belikat kiri disertai pusing mirip vertigo. Untuk mengatasi
rasa sakit itu, ia punya cara yang biasa dilakukan yaitu mengambil
sebatang kayu kemudian ditekan-tekankan di area sumber sakit sambil
diolesi minyak sebagai penghangat.
“Pada awalnya saya
mengira rasa sakit itu cuma sekadar masuk angin. Karena, kalau pas
kumat kemudian dikerok permukaan kulit terlihat merah sekali. Tapi saya
berusaha bertahan termasuk tidak menceritakan sejujurnya pada
anak-anak,” kata pengusaha yang bergerak di bidang perhotelan, restoran
serta furniture tersebut.
Ia punya pengalaman menyedihkan,
ketika mendampingi anak-anaknya sekolah di Australia, ia harus terdiam
sendirian di dalam rumah sambil menahan sakit sampai anaknya datang dari
sekolah. Kendati sangat tersiksa, namun wanita asal Tulungagung
tersebut tak mau berkata jujur kepada anak-anak supaya buah hatinya
tidak ikut terbebani.
“Saya tidak ingin apa yang saya rasakan
ini menjadi beban bagi mereka. Biarlah penderitaan ini cukup saya saja
yang merasakan,” katanya.
Puncak dari penderitaan batin itu
terjadi ketika salah seorang akupunturis di Surabaya yang menjadi
langganan keluarganya menduga kuat bahwa sakit tersebut akibat sel
kanker sudah menyebar di area punggung. Tentu vonis itu membuat dirinya
syok. Tapi lagi-lagi ia sama sekali tak menceritakan kepada anak maupun
suaminya.
“Yang membuat saya bisa bertahan dan selalu semangat, saya punya prinsip melihat semua persoalan hidup ini secara positif. Jadi meski saya divonis mengidap kanker, tapi saya tidak hanyut dalam kesedihan,” imbuh wanita bertutur kata lembut tersebut.
Puncaknya
karena tak kuasa menahan sakit ditambah fisiknya drop, suatu pagi buta
sebelum keluarganya bangun tidur dia berangkat sendirian hanya diantar
sopir ke UGD. “Bahkan pengalaman ke UGD itu sampai dua kali,” imbuh
pengusaha sukses yang merintis usaha dari nol itu.
Begitu
melihat ibunya sering mengalami sakit oleh anak-anaknya dia dibawa ke
Singapura untuk dilakukan general check up. Yang membuat ia terkejut
sekaligus bahagia, dari hasil rekam kesehatan tersebut diketahui
penyebab sakit akibat terjadi kerusakan di tulang leher, bukan dari
tumor atau kanker.
“Begitu dinyatakan tidak ada tumor atau
kanker, saya baru bisa tertawa lebar. Disana anak-anak baru saya beri
tahu bahwa selama ini saya sengaja menutup diri dan tidak menceritakan
sakit saya yang sejujurnya,” katanya sambil tertawa geli.
Ketika
sudah diketahui penyebab ia segera kembali ke rumah untuk berembug
dengan keluarganya mencari dokter yang tepat untuk kesembuhan sakitnya.
Tak
lama sepulang dari Singapura dia mendapat informasi dari temannya,
seorang perawat, bahwa di Surabaya ada seorang dokter bedah saraf yang
ahli menangani sakit seperti yang dia alami. “Begitu saya mendapat
informasi, tak menunggu berlama-lama, saya diantar suami menemui dr.
Sofyan, yang dimaksud perawat di rumah sakit,” katanya penuh semangat.
Di
ruang praktek, dokter Sofyan menjelaskan penyebab nyeri hebat yang
sudah menahun itu akibat ada dua ruas tulang batang lehernya mengalami
kerusakan. Kerusakan tulang itu kemudian mendesak saraf-saraf penting
yang ada di sekitarnya. Tekanan itu menjadi pemicu mengapa bagian
tubuhnya menjadi sakit yang makin hari makin hebat. Mengingat kerusakan
itu cukup parah, maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan hanyalah
dengan jalan operasi.
Siti mengakui penjelasan dokter yang
sangat gamblang itu sudah cukup baginya untuk segera mengambil keputusan
dirinya harus segera operasi. “Tidak pakai pikir-pikir lagi, saya sreg!
Sangat yakin, dan langsung minta segera dilakukan operasi biar
penderitaan panjang saya segera berakhir,” tuturnya menceritakan operasi
yang berjalan tahun lalu.
“Alhamdulillah!” kata Siti Roniah
Mindar, setelah operasi yang berjalan sekitar tiga jam lamanya itu semua
sakit ia rasakan selama ini langsung hilang. “Tidak ada sesuatu yang
lebih indah yang bisa saya lakukan saat ini kecuali hanya bersyukur
kepada Allah,” katanya dengan senyum mengembang. (*)
Cukup Dua Jam untuk Memperbaiki Leher Kecetit
Diperlukan Sayatan 2 Cm untuk Mengganti Bantalan Tulang Leher yang Rusak
Terkena
Leher Kecetit Seluruh Tubuh Terasa Sakit, Kini Bisa Diatasi dengan Cara
Operasi Mengganti Bantalan Tulang Leher yang Rusak
DOKTER
M Sofyanto, SpBS, dari Comprehensif Brine and Spine Centre (CBSC)
Surabaya, menjelaskan bahwa sakit yang diderita Siti Roniah Mindar
disebut dengan spondylosis cervical (SC) atau istilah awamnya kecetit
leher.
Sofyan menguraikan, struktur tulang leher manusia
terdiri dari tujuh ruas. Di antara satu ruas dengan lainnya ada bantalan
yang disebut discus. Discus sendiri fungsi utamanya agar leher bisa
bergerak secara leluasa, menengok kekanan kiri, mendongak dengan smoth
dan sebagainya.
Yang terjadi pada penderita SC, discus yang
lebarnya 1,4 cm dengan tebal 0,5 mm mengalami kerusakan. Jenis kerusakan
sendiri bisa sekadar aus atau bahkan pecah. Kerusakan itu bisa
diakibatkan banyak hal, bisa faktor usia, kecelakaan, karena jenis
pekerjaan tertentu juga olahraga. Pecahan discus tersebut kemudian
menyembul keluar dari “tempatnya tinggalnya”.
Yang menjadi
masalah di tengah ruas batang leher itu terdapat sumsum berasal dari
otak menuju tulang ekor. Sumsum sendiri fisiknya menyerupai tabung
sebesar batang jempol yang berisi sel saraf dan cairan merupakan sentral
dari semua fungsi yang ada dalam tubuh manusia. Mulai fungsi nafas,
tangan, seksual, kencing, menggerakan kaki dan lainnya.
Karena
discus itu rusak dan menyembul menekan sumsum yang ada disana. “Karena
sumsumnya terjepit, maka fungsi tubuh menjadi bermasalah,” jelas Sofyan
yang saat ini berpartner dengan dr. Gigih Pramono, SpBS serta dr. Agus
Chairul Anab, SpBS serta dr. N Budi Setiawan, SpBS tersebut.
Selama
ini lanjut Sofyan, kerusakan discus seringkali tidak diketahui,
pasalnya, “alarm” sebagai penanda terjadi masalah seringkali tidak
berbunyi. Istilahnya, apabila mengalami kerusakan tidak terasa.
Soalnya
beban leher manusia itu hanya sekitar 3,5 kilogram, sehingga sekalipun
terjadi kerusakan orang tidak merasakan sesuatu. Paling cuma terasa
pegal-pegal pada pundak, tiba-tiba lengan mengecil, atau tidak bisa
menulis demikian seterusnya. “Padahal orang tidak sadar bahwa itu
sebenarnya tanda terjadi kerusakan pada discus tersebut,” papar Sofyan.
Untuk
menangani SC ini sekarang ada teknologi kedokteran canggih yang
berfungsi sebagai pengganti discus yang rusak tersebut. Alat penganti
tersebut disebut dengan cervical mobile prostesis (CMP).
Sementara
teknik operasinya disebut dengan anterior micro disectomy (AMD).
Caranya dilakukan sayatan 2 cm di leher bagian depan bersebelahan dengan
batang tenggorok. Selanjutnya dengan microskop khusus discus yang sudah
rusak yang ada diantara ruas tulang batang leher tersebut dikeluarkan
sampai tidak ada lagi yang menekan sumsum. Setelah discus dikeluarakan
baru kemudian CMP dimasukkan sebagai pengantinya.
“Karena
sayatan sangat kecil, keesokan harinya pasien sudah bisa pulang dan
langsung beraktivitas seperti sediakala, dan leher sudah bebeas
digerakkan,” jelas Sofyan yang mengembangkan teknik ini pada tahun 2008
sepulang belajar dari Perancis.
Teknik AMD ini beda sekali
dengan teknologi lama. Kalau cara lama, tulang discus yang rusak
dibersihkan kemudian antara satu ruas dengan ruas berikutnya dimatikan
dengan cara dipasang plat dan di-mur. Setelah operasi pasien tidak boleh
bergerak sekitar 2-3 bulan dengan cara diberi alat penyangga.
“Dampaknya,
pasien tidak nyaman bahkan kadang kesakitan karena otot kaku akibat
tidak digerakkan dalam jangka waktu lama,” timpal dr. Sofyan yang
praktik di Rumah Sakit National Hospital Surabaya. (Gandhi Wasono M)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar