Kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Asmat |
"Kami turut berduka cita atas meninggalnya bebera anak sebagai generasi-generasi penerus bangsa di Asmat. Persoalan KLB Difteri belum tuntas, sekarang kita dikagetkan oleh KLB Campak di Asmat. Hal ini harus ditangani secara serius dan komprehensif. IDI tetap mendukung langkah-langkah yang diarahkan oleh Presiden. Tim yang diturunkan oleh Kemenkes sebagian besar dokter adalah juga anggota IDI," kata Prof Ilham, Rabu (17/1/2018).
Prof Ilham |
Kini IDI menyiapkan tenaga dokter
dan medis lainnya untuk mendukung dan membantu meringankan beban yang diderita
oleh warga Asmat.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PB IDI dr Mohammad Adib Khumaidi menyampaikan IDI selalu mendukung dan membantu pemerintah terutama dalam upaya menanggulangi persoalan kesehatan.
Untuk itulah, tim yang akan dikirim IDI ke Papua akan melibatkan dokter-dokter anggota Ikatan Dokter Spesialis Anak Indonesia (IDAI) masuk di dalam tim Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
"Kami melalui Komite Tanggap Bencana dan Komite Penanggulangan Penyakit Menular telah berkoordinasi dengan IDI Wilayah Papua dan IDI Kabupaten Asmat untuk memberikan dukungan serta bantuan di lokasi, agar permasalahan ini cepat ditangani dan dituntaskan. Keterlibatan IDAI di dalam tim Kemenkes juga merupakan bagian dari IDI," ungkapnya.
Seperti diketahui sebelumnya, gizi buruk dan wabah campak yang terjadi di Kabupaten Asmat, Papua beberapa waktu lalu membawa kabar duka. Tercatat, sebanyak 61 orang anak-anak suku Asmat tewas dalam kondisi mengenaskan.
Presiden RI Joko Widodo langsung merespon hal ini dengan memerintahkan Kementerian Kesehatan untuk segera mengirim tenaga medis. Kementerian Kesehatan dilaporkan telah mengirim 39 orang tenaga kesehatan yang didominasi dokter umum dan dokter spesialis.
Kendala utama menangani kedaruratan
atas kejadian itu terutama persoalan lokasi, dimana wilayah Kabupaten Asmat
berbukit-bukit dan berawa-rawa sehingga. (*/priyo suwarno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar